Minggu, 12 Juli 2009

WAJAH BARU PEMIMPIN MASA DEPAN

Oleh: Paul Serak Baut

Gerakan reformasi 11 tahun lalu, pada dasarnya merupakan
titik kulminasi dari perlawanan terhadap proses pembangunan yang memperalat rakyat demi kepentingan elit. Gerakan reformasi menuntut pengembalian arah pembangunan kepada peningkatan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Mahasiswa dan kaum muda pada umumnya menolak sentralisasi pembangunan serta membuka ruang sebesar-besarnya kepada otonomi daerah yang diyakini akan menjadi landasan yang kokoh bagi penguatan negara kesatuan.

Transparansi diharapkan menjadi ciri pokok yang melekat pada setiap proses pembangunan, sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari proses pembangunan yang dimaksud. Singkatnya partisipasi rakyat harus terwujud. Mekanisme kontrol harus dibiarkan bertumbuh dan obyek pembangunan harus life centered. Manusia manusia setempat yang lazim disebut rakyat harus menjadi subyek pembangunan.

Semuanya itu adalah cita-cita yang mestinya menjadi penentu arah sekaligus yang mendorong arah pembangunan kita. Akan tetapi pada kenyataannya harapan itu semakin tidak terwujud dan bahkan untuk beberapa daerah termasuk Daerah Manggarai Barat proses pembangunan tidak memperlihatkan wajahnya sebagai peletakan fondasi pembangunan yang kokoh untuk masa depan manggarai Barat.

Malah sebaliknya. Proses pembangunan kembali berciri duplikasi ciri dan gaya pembangunan dan kepemimpinan masa Orde Baru. Pembangunan berorientasi pada pertumbuhan. Pilihan obyek pembangunannya adalah proyek-proyek yang dikelola oleh para pemilik modal besar, yang tentu saja untuk saat ini menguntungkan para investor luar. Lihat saja misalnya, pemaksaan terhadap usaha tambang yang nyata-nyata bagi semua orang yang berkehendak baik dan berwawasan luas bakal mengancam lingkungan hidup dan mengancam identitas kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Sudah terlalu banya contoh industri seperti ini merusak kehidupan manusia. Tidak ada keharusan seluruh kekayaan tambang itu harus dikeruk hari ini. Dia tidak bakal lenyap biar disimpan sejuta tahun ke depan. Biarkan anak dan cucu-cucu kita yang memutuskan sendiri.

Hal yang sama terjadi terhadap ciri dan gaya kepemimpinan. Terkesan kuat tidak ada perubahan paradigma kekuasaan. Kekuasaan bermuara pada to have atau semata-mata pada how to get something. Tidak kelihatan aspek kekuasaan sebagai ruang bagi pelayanan, selain ruang perwujudan kepemimpinan yang tahu segalanya dan benar belaka.

Kita semua wajib mengembalikan arah pembangunan ini. Jangan membiarkan ciri pembangunan ini kembali, menjadi duplikat pembangunan Orde Baru. Pemimpin mengetahui semuanya dan rakyat dipaksa ikut. Kita mengejar pertumbuhan tanpa peduli pemerataan. Kita bangga dengan kehadiran industri pertambangan, hanya karena rakyat mendapatkan remahnya berupa peluang jadi buruh harian tanpa menghiraukan ruang kehidupannya sebagai petani dan nelayan.

Kita belum terlambat asal hari ini kita berbalik arah. Kita membutuhkan pemimpin yang membawa kepemimpinan berwajah baru dan pembangunan berwajah baru, pembangunan yang berpihak pada kehidupan nyata para petani dan nelayan. Petani, nelayan dan peternak Manggarai Barat tidak butuh banyak. Mereka harus disiapkan sebagai pemilik dari pengembang dari kekayaan pariwisata Manggarai Barat. Jangan terpinggirkan sebagai penonton bagi petani tetangga dari daerah tetangga.

Rakyat Manggarai Barat tidak butuh banyak. Mereka butuh air minum, bibit, pupuk dan penyuluhan. Para nelayan hanya butuh modal kecil untuk membangun organisasi atau koperasi yang dapat memfasilitasi pemerolehan jala, perahu dan aneka perlengkapan yang diperlukan. Kita harus membangun jalan ke berbagai penjuru, negara masih mampu untuk pembangunan infrastruktur seperti itu, dananya tidak tergantung pada niat baik atau selera seorang pemimpin daerah. Sekali lagi, asal saat bersamaan kita harus melindungi aset satu-satunya yang dimiliki rakyat kita yaitu tanah. Harus ada peraturan daerah (Perda) yang melindungi hak kepemilikan tanah. Bila tidak, maka jalan-jalan baru hanya akan mempercepat desa terhisap dan tanah-tanah bakal berpindah tangan ke segelintir orang yang memiliki uang banyak. Itu hukum sosiologis yang terjadi di mana-mana. Jangan salahkan pemilik modal, batasi peluangnya dengan Perda yang memihak.

Menempatkan diri sebagai pelayan pemerintah daerah memang harus menyiapkan atau menciptakan pasar bagi rakyatnya agar berbagai hasil bumi petani dan nelayan dapat meningkatkan penghasilannya secara riil.

Beberapa hal yang disebutkan di atas sebenarnya hanya merupakan contoh ke mana dan apa yang harus kita lakukan bila ingin berpihak kepada kepentingan rakyat. Hal lain seperti yang menyangkut kesehatan dan pendidikan jelas harus dikembalikan lagi kepada hakekat yang sesungguhnya yakni penciptaan ruang kehidupan yang memungkinkan masyarakat bisa hidup lebih layak dalam soal kebersihan dan kualitas bahan konsumsinya. Pendidikan harus membuat rakyat lebih cerdas.

Atas segala permasalahan yang kini dihadapi masyarakat Manggarai Barat, saya bersedia dan bertekad untuk membalikan arah sesungguhnya yang mementingkan serta berpihak pada kebutuhan dasar masyarakat Manggarai Barat. Mudah-mudahan keinginan saya yang semata-mata ingin memajukan Manggarai Barat, mendapat dukungan dari seluruh masyarakat Manggarai Barat.


1 komentar:

  1. Backgroud bapa sudah termasuk dalam nominasi calon pemimpin, apalagi background pendidikan yang berbasis seminari. Cuma satu pertanyaan saya disini. Kalau bapa seandaianya terpilih menjadi bupati Mabar, program apa yang ingin bapa terapkan untuk memajukan pariwisata Komodo National Park? Saya asli Manggarai dan sekarang saya berada di Bali, tentu saja saya termasuk pelaku pariwisata sangat mendambakan pemimpin yang berani mengambil keputusan untuk memajukan Komodo National Park yang selama ini sudah terkenal di mata dunia. Bahkan menurut berita media yang dipercaya bahwa Komodo National Park masuk dalam nominasi 7 wonders of the world.

    Hormat Saya,

    SAVERINUS AMPUR

    BalasHapus